Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 4. Thalak Sunni (Thalak dalam Keadaan Haid)

Posted by Unknown on Sabtu, 11 Mei 2013




عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ ثُمَّ تَحِيضَ ثُمَّ تَطْهُرَ ثُمَّ إِنْ شَاءَ أَمْسَكَ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِنْ شَاءَ طَلَّقَ قَبْلَ أَنْ يَمَسَّ فَتِلْكَ الْعِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ أَنْ تُطَلَّقَ لَهَا النِّسَاءُ

2179. Dari Abdullah bin Umar: Pada masa Rasulullah SAW ia telah menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid. Umar bin Khaththab lalu menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW, dan beliau bersabda, "Perintahkan kepada anakmu agar kembali lagi kepada istrinya dan berkumpul lagi dengan istrinya sampai istrinya suci, kemudian haid, lalu suci lagi, setelah itu barulah terserah anakmu. Kalau ia masih menginginkan istrinya maka pergaulilah, namun apabila ingin menthalaknya dan belum pernah digauli, maka itulah iddah bagi wanita yang dithalak, sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ طَلَّقَ امْرَأَةً لَهُ وَهِيَ حَائِضٌ تَطْلِيقَةً بِمَعْنَى حَدِيثِ مَالِكٍ

2180. Dari Ibnu Umar: bahwa ia telah menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid dengan thalak satu. (semakna dengan hadits Malik)



عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُطَلِّقْهَا إِذَا طَهُرَتْ أَوْ وَهِيَ حَامِلٌ

2181. Dari Ibnu Umar: la telah menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid, Umar pun menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, "Perintahkan kepada anakmu agar kembali lagi kepada istrinya, kemudian bila ia ingin menthalaknya maka hendaknya ketika istri telah suci atau sedang dalam keadaan hamil." (Shahih: Muslim)

سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَغَيَّظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ ثُمَّ تَحِيضَ فَتَطْهُرَ ثُمَّ إِنْ شَاءَ طَلَّقَهَا طَاهِرًا قَبْلَ أَنْ يَمَسَّ فَذَلِكَ الطَّلَاقُ لِلْعِدَّةِ كَمَا أَمَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

2182. Dari Abdullah bin Umar: Ia menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid, Umar pun menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau marah dan bersabda, "Perintahkan kepada anakmu agar kembali lagi kepada istrinya dan berkumpul lagi dengan istrinya sampai istrinya suci, kemudian haid, lalu suci lagi, setelah itu barulah terserah anakmu. Apabila ia ingin menthalaknya dalam keadaan suci dan belum digauli, maka itulah iddahnya wanita yang dithalak, sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta 'ala. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

يُونُسُ بْنُ جُبَيْرٍ أَنَّهُ سَأَلَ ابْنَ عُمَرَ فَقَالَ كَمْ طَلَّقْتَ امْرَأَتَكَ فَقَالَ وَاحِدَةً

2183. Dari Yunus bin Jubair, ia bertanya kepada Ibnu Umar, "Berapa kali kamu menthalak istrimu?" Ibnu Umar menjawab, "Sekali." (Shahih)

يُونُسُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ قُلْتُ رَجُلٌ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ قَالَ أَتَعْرِفُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَإِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ فَأَتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ فَقَالَ مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُطَلِّقْهَا فِي قُبُلِ عِدَّتِهَا قَالَ قُلْتُ فَيَعْتَدُّ بِهَا قَالَ فَمَهْ أَرَأَيْتَ إِنْ عَجَزَ وَاسْتَحْمَقَ

2184. Dari Yunus bin Jubair, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar." tanyaku, "Ada seorang suami menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid," Abdullah menjawab, "Apakah kamu mengenal Abdullah bin (putra) Umar?" Yunus menjawab, "Ya," Lalu Abdullah menceritakan tentang dirinya. "Sesungguhnya aku telah menthalak istriku yang dalam keadaan haid, kemudian Umar (ayahku) mendatangi Rasulullah SAW untuk bertanya, lalu beliau bersabda, ''Perintahkan kepada anakmu agar kembali lagi kepada istrinya, kemudian thalaklah pada masa permulaan iddah, " Yunus bertanya, "Lalu apakah Ibnu Umar menunggu masa iddah?" Abdullah bin Umar menjawab, "Apa?" Apakah menurutmu dia tidak mampu dan memandang bodoh?!" (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَيْمَنَ مَوْلَى عُرْوَةَ يَسْأَلُ ابْنَ عُمَرَ وَأَبُو الزُّبَيْرِ يَسْمَعُ قَالَ كَيْفَ تَرَى فِي رَجُلٍ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ حَائِضًا قَالَ طَلَّقَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عُمَرُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَرَدَّهَا عَلَيَّ وَلَمْ يَرَهَا شَيْئًا وَقَالَ إِذَا طَهُرَتْ فَلْيُطَلِّقْ أَوْ لِيُمْسِكْ قَالَ ابْنُ عُمَرَ وَقَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمْ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ } فِي قُبُلِ عِدَّتِهِنَّ

2185. Dari Abu Zubair: Ia pernah mendengar Abdurrahman bin Aiman -pembantunya Urwah- bertanya kepada Ibnu Umar, sedangkan aku (Abu Zubair) mendengarkan, kemudian bertanya kepada Abdurrahman, "Apa pendapat Anda tentang suami yang menthalak istrinya yang dalam keadaan haid?" Abdurrahman menjawab, "Pada masa Rasulullah SAW, Abdullah bin Umar pernah menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid, Umar pun bercerita kepada Rasulullah bahwa Abdullah bin Umar telah menthalak istrinya yang sedang dalam keadaan haid." Abdullah berkata, Rasulullah SAW lalu mengembalikan istriku kepadaku dan beliau tidak melihat apa pun yang berarti dalam diri istriku, lalu beliau bersabda, "Ketika sang istri telah suci, maka thalaklah atau gaulilah " Abdullah bin Umar melanjutkan pembicaraannya, "Nabi lalu membacakan firman Allah, 'Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)'." (Qs. Ath-Thalaaq [65]: 1) Maksudnya adalah pada permulaan masa iddah. (Shahih: Muslim)