Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 16. Suami yang Berkata kepada Istrinya, "Wahai Saudara Perempuanku."

Posted by Unknown on Sabtu, 11 Mei 2013




عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ إِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكْذِبْ قَطُّ إِلَّا ثَلَاثًا ثِنْتَانِ فِي ذَاتِ اللَّهِ تَعَالَى قَوْلُهُ { إِنِّي سَقِيمٌ } وَقَوْلُهُ { بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا } وَبَيْنَمَا هُوَ يَسِيرُ فِي أَرْضِ جَبَّارٍ مِنْ الْجَبَابِرَةِ إِذْ نَزَلَ مَنْزِلًا فَأُتِيَ الْجَبَّارُ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُ نَزَلَ هَاهُنَا رَجُلٌ مَعَهُ امْرَأَةٌ هِيَ أَحْسَنُ النَّاسِ قَالَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَسَأَلَهُ عَنْهَا فَقَالَ إِنَّهَا أُخْتِي فَلَمَّا رَجَعَ إِلَيْهَا قَالَ إِنَّ هَذَا سَأَلَنِي عَنْكِ فَأَنْبَأْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي وَإِنَّهُ لَيْسَ الْيَوْمَ مُسْلِمٌ غَيْرِي وَغَيْرُكِ وَإِنَّكِ أُخْتِي فِي كِتَابِ اللَّهِ فَلَا تُكَذِّبِينِي عِنْدَهُ وَسَاقَ الْحَدِيثَ

2212. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW beliau bersabda, "Nabi Ibrahim tidak pernah berbohong kecuali dalam tiga hal dua diantaranya adalah dalam Dzat-Nya, yaitu perkataan beliau, 'Sesungguhnya aku sakit.' (Qs. Ash-Shaffaat [37]: 89) dan Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya,' (Qs. Al Anbiyaa' [21]: 63) Diceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim sedang turun —saat melintas di kawasan seorang penguasa yang sombong—, tiba-tiba beliau dicekal dan dihadapkan kepada penguasa tersebut. Diberitahukan kepada si penguasa bahwa ada seorang lelaki yang melewati kawasannya dengan membawa istri yang sangat cantik.

Perawi melanjutkan: Nabi Ibrahim lalu ditanya tentang status wanita itu. Nabi Ibrahim pun menjawab, "Itu adalah saudara perempuanku." Ketika beliau selesai ditanya dan kembali kepada istrinya, beliau mengatakan bahwa ketika penguasa bertanya tentang status dirinya (istrinya tersebut), ia mengakuinya sebagai saudara perempuannya (sebab saat itu tidak ada yang muslim selain beliau dan istrinya). Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa maksud perkataan saudara perempuan adalah dalam ikatan kitab Allah. Beliau lalu berkata kepada istrinya, "Janganlah kamu mendustakan aku di hadapan si penguasa...." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)