Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Haji Bab 103: Menaiki Unta yang Akan Disembelih. Firman Allah, "Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian daripada syiar Allah. Kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya. Maka, sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang-orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta itu dan darahnya sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan darimulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (al-Hajj: 36-37)

Posted by Unknown on Rabu, 01 Mei 2013


Mujahid berkata, "Disebut al-budn karena gemuknya. Al-Qaani' artinya orang yang meminta, dan 'al-mu'tarr adalah orang yang tidak meminta daging kurban itu, baik ia orang kaya maupun orang miskin. Dan sya'aairullah ialah menyembelih kurban yang besar dan baik, sedang al-'atiiq ialah lehernya."[55] Ada yang mengatakan bahwa kata "wajabat" itu berarti jatuh ke tanah, seperti perkataan "wajabat asy-syamsu"; artinya cahaya matahari itu telah jatuh ke tanah.[56]

832. Abu Hurairah رضي الله عنه mengatakan bahwa Rasulullah melihat seorang laki-laki menggiring unta, lalu beliau bersabda, "Naikilah." Ia berkata, "Ini unta kurban." Beliau bersabda, "Naikilah." Ia berkata, "Ini unta kurban (wahai Rasulullah 3/191)." Beliau bersabda, "Naikilah, celaka kamu!" (Beliau mengucapkan demikian) pada kali yang ketiga atau kedua. (Maka, saya melihatnya menaikinya dan berjalan bersama Rasulullah, sedang sandalnya diletakkan di leher untanya 2/184)."

833. Dari Anas رضي الله عنه seperti itu. (Dan dalarn satu riwayat: Lalu beliau bersabda pada kali yang ketiga atau keempat, "Naiklah, celakalah engkau" atau "siallah engkau!" 3/191).



[55] Seluruh perkataan Mujahid ini di-maushul-kan oleh Abd bin Humaid.

[56] Saya katakan bahwa ini adalah perkataan penyusun (Imam Bukhari) sendiri. Akan tetapi, al-Hafizh menyebutkan bahwa ath-Thabari meriwayatkannya melalui dua jalan dari Mujahid, dan diriwayatkan dari jalan Maqsim dari Ibnu Abbas sebagai perkataannya.