Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Azan Bab 80: Apabila Antara Imam dan Makmum Terdapat Dinding atau Tabir

Posted by Unknown on Selasa, 16 April 2013


Al-Hasan berkata, 'Tidak mengapa engkau melakukan shalat sedang antara engkau dengan imam terdapat sungai."[36]
Abu Mijlaz berkata, "Boleh seseorang bermakmum kepada imam, meskipun di antara keduanya terdapat jalan atau dinding apabila dia dapat mendengar takbir imam."[37]

398. Aisyah رضي الله عنها berkata, "Nabi صلی الله عليه وسلم biasa melakukan shalat malam [dalam masjid 2/44] di kamar beliau, sedang dinding kamar beliau rendah. Sehingga, orang-orang dapat melihat sosok Nabi صلی الله عليه وسلم (Dan dari jalan lain: beliau mempunyai tikar yang biasa dihamparkan pada siang hari [untuk diduduki 7/50] dan dijadikan dinding kamar pada malam hari). Lalu orang-orang melakukan shalat dengan bermakmum mengikuti shalat beliau. Pagi harinya, mereka memperbincangkan hal itu. Kemudian beliau mengerjakan shalat pada malam yang kedua. Lalu, orang-orang [semakin banyak jumlahnya] mengerjakan shalat mengikuti shalat beliau. Mereka lakukan hal itu dua atau tiga malam. Pada malam ketiga orang-orang yang ke masjid semakin bertambah banyak. Lalu Rasulullah keluar menunaikan shalat, dan mereka pun shalat mengikuti beliau. Maka, pada malam keempat, masjid tidak mampu menampung orang-orang. Setelah itu, Rasulullah duduk dan tidak keluar kepada mereka. Pagi harinya, orang-orang memperbincangkan hal itu. Lalu, beliau mengucapkan kalimat syahadat (dan dalam satu riwayat: hingga keluar untuk shalat subuh). Setelah selesai shalat subuh, beliau menghadap orang banyak seraya mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda, 'Amma ba'du, sesungguhnya posisimu ini tidak mengkhawatirkan atas saya.' Dalam dalam riwayat lain, 'Sesungguhnya aku telah mengetahui apa yang kamu perbuat. Tidaklah ada yang menghalangiku untuk keluar kepadamu melainkan karena aku takut akan diwajibkan shalat malam atas kamu (lantas kamu tidak mampu melaksanakannya).' Kemudian beliau menghadap kepada manusia seraya bersabda, 'Wahai manusia, ambillah (dalam satu riwayat: kerjakanlah 7/282) dari amalan-amalan apa yang sekiranya mampu kalian lakukan. Karena, sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan sehingga kamu yang merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang dicintai Allah ialah yang dikerjakan secara rutin meskipun hanya sedikit.' Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan. Kemudian Rasulullah wafat sedang urusannya tetap seperti itu."

[36] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak melihatnya sebagai riwayat yang maushul (bersambung sanadnya)."
[37] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abdur Razzaq dengan dua isnad darinya.