Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 12: Menganjurkan Untuk Menambah-nambah Kebaikan Pada Akhir-akhir Umur

Posted by Unknown on Jumat, 19 April 2013


Nomor:112

Pertama: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:

"Allah tetap menerima uzur - alasan - seseorang yang diakhirkan ajalnya, sehingga ia berumur enampuluh tahun." (Riwayat Bukhari)

Para ulama berkata bahwa maknanya itu ialah Allah tidak akan membiarkan-tidak menerima-uzur seseorang yang sudah berumur enampuluh tahun itu, sebab telah dilambatkan oleh Allah sampai masa yang setua itu.

Dikatakan: Azarar rajulu: apabila ia sangat banyak mengemukakan keuzurannya.

Nomor:113

Kedua: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar رضي الله عنه memasukkan diriku [11]dalam barisan sahabat-sahabat tua yang pernah mengikuti perang Badar. Maka sebagian orang-orang tua itu seolah-olah ada yang merasakan tidak enak dalam jiwanya, lalu berkata: "Mengapa orang ini masuk beserta kita,sedangkan kita mempunyai anak-anak yang sebaya umurnya dengan dia?" Umar kemudian menjawab: "Sebenarnya dia itu sebagaimana yang engkau semua ketahui," - maksudnya bahwa Ibnu Abbas itu diasuh dalam rumah kenabian dan ia adalah sumber ilmu pengetahuandan berbagai pendapat yang tepat."

Selanjutnya pada suatu hari Umar memanggil saya, lalu memasukkan saya bersama- sama dengan para orang tua di atas. Saya tidak mengerti bahwa Umar memanggil saya pada hari itu, melainkan hanya untuk memperlihatkan keadaan saya kepada mereka itu. Umar itu berkata: "Bagaimanakah pendapat saudara-saudara mengenai firman Allah - yang artinya: "Jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan." Maka sebagian para sahabat tua- tua itu berkata: "Maksudnya ialah kita diperintah supaya memuji kepada

Allah serta memohonkan pengampunan daripadaNya jikalau kita diberi pertolongan serfa kemenangan." Sebagian mereka yang lain diam saja dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Umar lalu berkata kepadaku: "Adakah demikian itu pula pendapatmu, hai Ibnu Abbas?" Saya lalu menjawab: "Tidak." Umar bertanya lagi: "Jadi bagaimanakah pendapatmu?" Saya menjawab: "Itu adalah menunjukkan tentang ajal Rasulullah صلی الله عليه وسلم, Allah telah memberi tahukan pada beliau tentang dekat tibanya ajal itu. Jadi Allah berfirman - yang artinya: "Jikalau telah datang pertolongan dari Allah serta kemenangan," maka yang sedemikian itu adalah sebagai tanda datangnya ajalmu. Oleh sebab itu maka memaha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan padaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."

Umar رضي الله عنهlalu berkata: "Memang, saya sendiri tidak mempunyai pendapat selain daripada seperti apa yang telah engkau ucapkan itu." (Riwayat Bukhari)




[11]Maksudnya memasukkan diriku (yakni Ibnu Abbas) di kalangan golongan orang-orang yang sudah tua-tua yang pernah mengikuti peperangan Badar dahulu, untuk diajak bermusyawwarat atau memecahkan persoalan- persoalan yang penting. Padahal Ibnu Abbas (namanya sendiri Abdullah) adalah seorang pemuda. Oleh sebab itu di antara orang tua-tua itu ada yang tidak enak hati atau marah-marah.

Nomor:114

Ketiga: Dari Aisyah رضي الله عنها, katanya: "Tidaklah Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersembahyang sesuatu shalat setelah turunnya ayat: Idza ja-a nashrullahi walfathu - Apabila telah tiba pertolongan dari Allah dan kemenangan, melainkan dalam shalatnya itu selalu mengucapkan: Subhanaka rabbana wa bihamdik. Allahummaghfirli - Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah berilah pengampunan padaku." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat yang tertera dalam kedua kitab shahih - yakni Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Aisyah pula demikian:

"Rasulullah صلی الله عليه وسلم itu memperbanyakkan ucapannya dalam ruku' dan sujudnya yaitu: Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allahummaghf'ir Hi - Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku," beliau mengamalkan benar-benar apa-apa yang menjadi isi al-Quran.

Makna: Yata-awwalul Quran ialah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan pada beliau itu yang tersebut dalam al-Quran, yakni dalam firman Allah Ta'ala: Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya: Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada TuhanMu dan mohonlah pengampunan kepadaNya.

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

"Rasulullah صلی الله عليه وسلم itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu: Subhanaka wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik - Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji- pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu.

Aisyah berkata: Saya berkata: "Hai Rasulullah, apakah artinya kalimat-kalimat yang saya lihat Tuan baru mengucapkannya itu?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Itu dijadikan sebagai alamat bagiku untuk ummatku, jikalau saya telah melihat alamat tersebut. Itu saya ucapkan apabila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan." Beliau membaca surat an- Nashr itu sampai selesai.

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan:

"Rasulullah صلی الله عليه وسلم memperbanyakkan ucapan: Subhanallah wabihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih - Maha Suci Allah dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaNya, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaNya.

Aisyah berkata: Saya berkata: "Ya Rasulullah, saya lihat Tuan selalu memperbanyak ucapan: Subhanallah wa bihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih. Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bersabda:

"Tuhanku telah memberitahukan kepadaku bahwasanya aku akan melihat sesuatu alamat untuk ummatku. Jikalau saya melihatnya itu, maka aku memperbanyakkan ucapan Subhanallah wa bihamdih astaghfirullah wa atubu ilaih. Kini aku telah melihat alamat tersebut, yaitu jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan yakni dengan dibebaskannya kota Makkah. Dan engkau melihat para manusia masuk dalam agama Allah dengan berduyun-duyun. Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."

Nomor:115

Kelima: Dari Jabir رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya." (Riwayat Muslim)

Penjelasan:

Hadis ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diridhai Allah, menetapi sunnah- sunnahnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم dalam segala waktu, tempat dan keadaan. Juga menyerukan supaya terus menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal semata-mata untuk Allah Ta'ala jua, baik dalam ucapan ataupun perbuatan. Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian kitapun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu, sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti, keadaan kitapun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita berada di dunia ini.

Semogalah kita memperoleh husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.

Nomor:116

Keempat: Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajallasenantiasa mengikutkan terus-sambung menyambung - dalam menurunkan wahyu kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم sebelum wafatnya sehingga beliau itu wafat, di situlah sebagian besar wahyu diturunkan." (Muttafaq 'alaih)