HADIST DHOIF 61. Keutamaan menghajikan orang tua

Posted by Unknown on Sabtu, 27 April 2013




مَنْ حَجَّ عَنْ وَالِدَيْهِبَعْدَ وَفَاتِهِمَا كَتَبَ اللهُ لَهُعِتْقًا مِنَ النَّارِ، وَكَانَلِلْمَحْجُوْجِ عَنْهُمْ أَجْرُ حَجَّةِ تَامَّةٍمِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَمِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ

Siapa yang menghajikan kedua orang tuanya setelah keduanya wafat maka Allah akan menetapkan dia dibebaskan dari api neraka. Dan bagi yang dihajikan akan memperoleh pahala haji yang sempurna tanpa mengurangi pahala orang yang menghajikan sedikitpun.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahani dalam At-Targhib. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5677)

إِذَا حَجَّ الرَّجُلُ عَنْوَالِدَيْهِ تُقْبَلُ مِنْهُ وَمِنْهُمَا، وَاسْتُبْشِرَتْأَرْوَاحُهُمَا فِي السَّمَاءِ وَكُتِبَعِنْدَ اللهِ بَرًّا

Apabila seseorang menghajikan kedua orang tuanya maka akan diterima amalan itu darinya dan dari kedua orang tuanya, dan diberi kabar gembira ruh keduanya di langit dan ia (si anak) dicatat di sisi Allah sebagai anak yang berbakti (berbuat baik kepada orang tua).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dalam, As-Sunan, 272, Ibnu Syahin dalam At-Targhib, 299/1 dan Abu Bakr Al-Azdi Al-Mushili dalam Hadits-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1434)