HADIST DHOIF 56. Keutamaan berhaji yang disertai menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Posted by Unknown on Sabtu, 27 April 2013


مَنْ حَجَّ حَجَّةَ اْلإِسْلاَمِ،وَزَارَ قَبْرِي وَغَزَا غَزْوَةًوَصَلَّى عَلَيَّ فِي الْمَقْدِسِ،لَمْ يَسْأَلْهُ اللهُ فِيْمَا افْتَرَضَعَلَيْهِ

Siapa yang berhaji dengan haji Islam yang wajib, menziarahi kuburku, berperang dengan satu peperangan dan bershalawat atasku di Al-Maqdis, maka Allah tidak akan menanyainya dalam apa yang Allah wajibkan kepadanya.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’/palsu, disebutkan oleh As-Sakhawi dalam Al-Qaulul Badi’, hal. 102. Lihat Adh-Dha’ifah no. 204) [2]

مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِيبَعْدَ مَوْتِي، كَانَ كَمَنْ زَارَنِيفِي حَيَاتِي

Siapa yang berhaji, lalu ia menziarahi kuburku setelah wafatku, maka dia seperti orang yang menziarahiku ketika hidupku.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 3/203/2, dan Al-Ausath, 1/126/2. Diriawayatkan pula oleh yang selainnya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 47) [3]